Usai Kritik Profesi, Redaksi Pelitaaceh.co.id Dibanjiri Pesan dan Panggilan

Foto: Ilustrasi

Pelita Aceh.co.id | Banda Aceh – Usai menerbitkan tulisan yang mengkritisi penyalahgunaan profesi wartawan, redaksi Pelitaaceh.co.id menerima banyak pesan dan panggilan dari berbagai pihak. Respons yang masuk beragam, mulai dari dukungan moril, klarifikasi, hingga tekanan dari sejumlah pihak yang merasa tersindir.

Tulisan yang terbit sejak sepekan terakhir itu telah memicu kegundahan banyak kalangan, terutama mereka yang menyadari adanya praktik menyimpang dalam dunia jurnalisme. Pelitaaceh.co.id menyoroti penyalahgunaan profesi wartawan demi kepentingan pribadi atau kelompok, pelanggaran etika jurnalistik, hingga maraknya media semu yang tak memiliki struktur redaksi yang sah.

“Tak niat lain selain untuk meningkatkan kualitas jurnalis dan etika pers di tanah air, khususnya di Aceh—provinsi yang dikenal sebagai Serambi Mekah dan menerapkan syariat Islam yang sangat alergi terhadap makanan dari sumber uang haram,” ujar Ery Iskandar, Senin, 14 April 2025 pagi.

Sebelumnya, Ketua IWOI Aceh, Dimas KHS AMF, juga telah menyuarakan keprihatinan terhadap maraknya oknum wartawan yang menyalahgunakan profesi. Ia mendesak semua pihak untuk menghentikan praktik menyimpang tersebut demi menyelamatkan marwah jurnalisme dan menjaga kepercayaan publik terhadap media.

Dalam konteks ini, Dewan Pers turut mengingatkan pentingnya pemisahan tegas antara ruang redaksi dan bagian pemasaran atau iklan. Langkah ini diperlukan untuk menghindari benturan kepentingan dan menjaga independensi kerja jurnalistik.

Redaksi Pelitaaceh.co.id menegaskan bahwa kritik ini bukan serangan personal, melainkan panggilan moral agar dunia pers kembali ke jalan yang profesional dan bermartabat. “Semoga ke depan tak ada lagi wartawan yang gentayangan melobi pokir dewan. Kepada perusahaan pers, tolonglah berbisnis yang sehat,” tutup Ery Iskandar. (Redaksi)


 

Disclaimer: Tulisan ini adalah karya naratif berbasis isu aktual dan fenomena etis dalam dunia jurnalistik. Segala kemiripan dengan individu atau peristiwa nyata hanyalah kebetulan semata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *