Pelita Aceh.co.id | Banda Aceh, 16 April 2025 – Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memenangkan Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (DK PWI) dalam perkara perdata yang diajukan oleh mantan Sekretaris Jenderal PWI, Sayid Iskandarsyah, dinilai membawa pesan penting bagi dunia jurnalistik nasional. Pengamat pers Ery Iskandar menilai bahwa putusan ini dapat menjadi momentum reflektif untuk memperkuat integritas dan profesionalisme wartawan, khususnya di Aceh.
Mekanisme Organisasi Harus Dihormati
Ery, yang dikenal melalui tulisan-tulisan kritis dan kajian mendalamnya seputar etika media, menyebutkan bahwa putusan ini menegaskan pentingnya mekanisme internal dalam menyelesaikan sengketa di tubuh organisasi profesi. “Setiap organisasi memiliki tata kelola dan mekanisme etik yang wajib dihormati oleh anggotanya. Ini bukan hanya soal regulasi, tapi juga soal menjaga marwah profesi,” ujarnya, Rabu (16/4/2025).
Ia menambahkan bahwa pengadilan dalam putusannya turut mengakui otoritas organisasi profesi dalam mengatur rumah tangganya. “Hal ini memperkuat posisi organisasi dalam menjaga etika anggota tanpa harus selalu bergantung pada jalur hukum umum,” katanya.
Konteks Aceh: Tantangan Etika dan Profesionalisme
Dalam konteks lokal Aceh, Ery menyebut bahwa semangat menjaga marwah profesi perlu diperkuat mengingat tantangan yang semakin kompleks. Ia merujuk pada sejumlah laporan media yang dalam beberapa waktu terakhir mengangkat persoalan tata kelola media dan distribusi anggaran publikasi.
“Saya melihat munculnya kekhawatiran publik terkait praktik yang berpotensi menimbulkan konflik kepentingan. Hal ini bukan untuk menyudutkan pihak manapun, tetapi untuk mendorong perbaikan yang konstruktif di sektor pers kita,” jelas Ery.
Menurutnya, menjaga jarak antara peran jurnalis dan kepentingan ekonomi adalah kunci menjaga kepercayaan publik. “Kita perlu selalu mengingat bahwa media sejatinya adalah pilar keempat demokrasi, bukan alat untuk keuntungan kelompok terbatas,” katanya.
Peran Organisasi Profesi Diperkuat
Lebih lanjut, Ery menilai organisasi profesi seperti PWI memiliki peran penting dalam memandu wartawan menjalankan tugas secara independen, bermartabat, dan profesional. “Dengan bimbingan yang konsisten dan keberanian untuk menegakkan kode etik, organisasi profesi bisa menjadi fondasi kuat bagi lahirnya jurnalis-jurnalis andal di Aceh,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi keberadaan wartawan-wartawan muda di Aceh yang menunjukkan dedikasi tinggi terhadap profesinya. Namun, Ery mengingatkan bahwa tantangan tetap ada, terutama ketika nilai-nilai etik berhadapan dengan godaan pragmatisme.
Ke Depan: Akuntabilitas dan Adaptasi Zaman
Menutup pandangannya, Ery menggarisbawahi pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran publikasi pemerintah. Ia menilai hal ini sebagai ujian integritas bersama yang tidak hanya menyangkut media, tapi juga lembaga-lembaga publik yang bermitra dengan media.
“PWI dan seluruh ekosistem pers di Aceh perlu terus memperkuat literasi etik dan memperbarui tata kelola agar sejalan dengan tuntutan zaman. Jika kita mampu menjawab tantangan ini, saya optimis masa depan media Aceh akan lebih cerah dan terpercaya,” tutupnya.
—
disclaimer:
“Tulisan ini berisi pandangan narasumber sebagai pengamat dan tidak bermaksud menyudutkan pihak manapun.”