TUGU Aneuk Mulieng, siapa sangka menjadi pariwisata tepatnya di Bundaran simpang empat jalan lingkar, Kota Sigli, jadikan monumen ikon kebanggaan masyarakat Pidie, Provinsi Aceh.
Diketahui, Tugu Aneuk Mulieng yang menghabiskan dana pembangunannya bernilai sekitar Rp8,7 miliar itu setelah usai pembangunannya dua tahap yaitu tahun anggaran 2022 dan 2024.
Konon Ini merupakan tugu raksasa berbentuk biji melinjo (eneuk Mulieng) gerbang memasuki Kota Sigli, Ibukota Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.
Gagasan objektif pembangunan tugu memiliki sejarah panjang kebun dan industri rumah tangga emping melinjo ini dicetus oleh Bupati Pidie Roni Ahmad (periode 2017-2022).
Dengan kehadiran tugu yang dihiasi taman dan air mancur ini diharapkan menjadi motivasi petani Pidie mempertahankan kejayaan produktivitas biji-bijian melinjo diproses menjdi kerupuk emping, kini telah menjulang perkasa, megah dan viral di media sosial.
Mereka datang sengaja karena memendam kerinduan sebelumnya, ada juga pengunjung luar daerah kebetulan melintasi persimpangan jalan nasional setempat.
Sekarang menjadi daya tarik di lintasan jalur nasional perjalanan wisatawan yang hendak ke Banda Aceh dan Pulau Weh Sabang. Keunikan tugu ini antara lain di terbuat dari tembaga berukiran bungan batik melinjo.
“Ini bisa jadi persembahan tahun baru 2025 sebagai pengingat jasa perjuangan petani, industri perajin melinjo dan pengusaha atau eksportir yang telah mengarungi Selat Malaka menembus pasar luar negeri” tutur Cut Asma,
Cut Asma menjelaskan, Sejak di bukanya setiap hari banyak pengunjung berdatangan menikmati ke indahan tugu tersebut. Apalagi saat malam hari dihiasi lampu di berbagai sudut. Warga ramai- ramai melakukan selfie atau bersua foto di tugu kebanggaan itu.
Siapa saja tamu luar daerah menyita perhatian, lalu berhenti sejenak, memotret atau sekedar memalingkan wajah beberapa saat ke arah tugu.
Sementara, Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Pidie, Thantawi, begitu rajin memantau sejak awal pembangunan hingga finising menjaga mutu dan kelancaran pekerjaan.
“Selesai finising kita langsung buka. Pembukaan dilakukan selepas magrib Selasa kemarin untuk menghindari kemacetan arus lalulintas” kata Thantawi.
Hal serupa juga dikatakan, Sekretaris Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Pidie, Desain tubuh Aneuk Mulieng mempunyai filosofi sosial peradaban masyarakat setempat.
Misalnya pada bagian ditengah dirajai oleh satu biji melinjo ukuran raksasa setinggi belasan meter. Lalu disampingnya di kelilingi biji melinjo lebih kecil berjumlah 23 biji.
” Sebanyak 23 biji ukuran lebih ramping itu sesuai jumlah kecamatan di Pidie semuanya 23. Setiap bagian tugu ini ada filosofinya berdasarkan sejarah peradaban masyarakat Pidie” tutur Muksalamina.
Musalamina berharap kepada seluruh mengunjung agar mengutamakan ketertiban berlalulintas. Saling menjaga, Jangan sampai menimbulkan kesemrawutan sehingga mengundang kemacetan, Pintanya.