PELITA ACEH.co.id | Banda Aceh—Dokumen penawaran iklan dari sejumlah media massa kepada bagian Humas di berbagai kantor pemerintahan dan perusahaan swasta masih tersimpan rapi. Bukan hanya proposal penawaran, beberapa di antaranya telah berlanjut hingga terbit Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), sementara lainnya masih dalam bentuk kwitansi pembayaran.
Menurut sumber terpercaya, semua bukti panggilan keluar dan masuk selama proses komunikasi dengan pihak terkait juga telah terdokumentasi dengan baik dan tersimpan oleh narasumber.
“Semua lengkap. Ada dokumen penawaran, rekaman komunikasi, bukti transfer, hingga tanda terima. Tak perlu kasak-kusuk, semua jejak ada,” ujar seorang narasumber, Senin (14/4).
Menanggapi isu yang coba dimainkan oleh salah satu media lokal, PelitaAceh, dua pihak yang namanya ikut disebut dalam rumor—berinisial M dan I—terungkap tidak sengaja mengungkapkan pandangan mereka dalam sebuah percakapan santai di warung kopi, yang terletak dekat dengan kantor pemerintahan.
“Saya tidak ingin memperkeruh suasana. Yang penting, kami punya bukti,” ujar M singkat, seolah tak menyadari bahwa pernyataannya terdengar di sekitarnya. I menambahkan, “Tidak ada yang ditutup-tutupi. Semua bisa dicek kalau memang dibutuhkan.” Dalam percakapan yang berlangsung, keduanya tanpa sadar mengungkapkan bahwa mereka lebih mengutamakan urusan pragmatis ketimbang idealisme.
I bahkan menambahkan, “Wartawan juga manusia, mereka butuh makan dan hidup mapan. Kalau orang-orang ingin bicara soal halal haram, silakan saja kelola dayah,” ungkapnya. Pernyataan ini disampaikan sebelum kritik terhadap profesi jurnalisme terkait pencarian iklan dilansir lebih lanjut, dan memberikan gambaran jelas tentang bagaimana jurnalis seringkali berhadapan dengan dilema antara prinsip dan kebutuhan hidup.
Pernyataan tersebut menambah dinamika dalam diskusi tentang relasi antara media dan anggaran publikasi di berbagai instansi. Di tengah derasnya narasi sepihak, jejak administrasi yang sah menjadi pengingat penting bahwa kebenaran selalu punya dokumen. (Ery Iskandar)
Disclaimer: Tulisan ini adalah karya naratif berbasis isu aktual dan fenomena etis dalam dunia jurnalistik. Segala kemiripan dengan individu atau peristiwa nyata hanyalah kebetulan semata.